Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana usai penandanganan order pesawat ATR, di Pavilliun ATR arena Singapore Airshow (SAS) 2012, menyebutkan,Indonesia membutuhkan 1.000 pesawat terbang komersil. "Saya belum tahu kapan, tapi itu (1.000 pesawat komersil) kebutuhan Indonesia kedepan," katanya.
Indonesia negara yang luas, lebih dari 13.000 pulau, dan punya penduduk lebih dari 250 juta. Pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir rata-rata di atas 6%, PDB perkapita sudah di angka USD3.500. Tiga tahun lagi PDB perkapita Indonesia sudah di atas USD5.000. "Itu semua faktor utama yang membuat permintaan penumpang pesawat di Indonesia terus meningkat. Lagi pula, pemerintah punya komitmen kuat membangun bandara-bandara baru dan meningkatkan bandara-bandara yang sudah ada. Itu semua menjadi alasan kami (Lion Air dan Wings Air) membeli 60 pesawat ATR," kata Rusdi.
Penumpang yang butuh naik pesawat di bagian barat, tengah maupun timur Indonesia terus naik. Tumbuh kota-kota baru sebagai hub, seperti Medan di wilayah barat, Surabaya dan Denpasar di wilayah tengah, dan Makassar-Manado di timur. "Setiap hub itu butuh pesawat pengumpul (feder). Pesawat ATR yang kami beli ini untuk menjadi pengumpul penumpang ke setiap hub. Lalu diangkut lagi dengan pesawat yang lebih besar (Boeing 737 900ER) ke kota-kota tujuan," jelasnya.
Rusdi dan Filipo Bagnato, Chief Executive Officer of ATR, menandatangani pembelian 60 pesawat ATR pada hari ketiga SAS 2012, kemarin. Turut hadir pada acara itu Dubes Perancis dan Italia untuk Singapura, Oliviv Caron dan Anacleto Felicani, Dirjen Perhubungan Dephub Herry Bhakti Gumay, Jusuf Manggabarani, dan Dirut Wings Air Achmad Hasan.
Order kali ini untuk 27 pesawat ATR, setelah sebelumnya sudah dipesan 33 pesawat. Terdiri dari 20 ATR 72-500 dan 40 ATR 72-600. Pesanan ATR pertama sudah tiba Januari 2010, dan akan dikirim bertahap hingga 2015. Total nilai pembelian 27 pesawat ATR ini mencapai USD610 juta, setara Rp5,6 triliun. Kini, Lion Air merupakan operator dan pembeli terbesar ATR, pabrik pesawat anak perusahan Airbus yang berpusat di Toulouse, Perancis.
Pembelian ini melengkapi rekor Lion Air di ajang SAS 2012 yang digelar di Changi Exhibition Center, Singapura. Di hari pertama, Selasa 14/2, Lion Air resmi membeli 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 B737 900ER senilai USD22,4 miliar, setara Rp201,6 triliun. Di hari kedua, Rabu 15/2, Lion Air membeli dua privat jet "Hawker 900XP, berharga USD 64 juta, setara Rp576 miliar, dan di hari ketiga, kemarin (16/2), membeli 27 pesawat ATR senilai USD610 juta, sekira Rp5,6 triliun. Total belanja pesawat Lion Air di ajang Singapore Airshow 2012 mencapai USD23,14 miliiar, sekira Rp 207,6 triliun. Ini merupakan nilai transaksi terbesar hingga SAS 2012 memasuki hari ketiga.
Belanja pesawat Lion Air ini kemungkinan besar menjadi yang terbesar hingga pameran dirgantara dan pertahanan ketiga terbesar di dunia itu ditutup pada 19 Februari, lusa. Sama dengan pembelian 178 pesawat Boeing 737 900ER sebelumnya, kali ini Lion Air membeli pesawat keseluruhannya dibiayai konsorsium bank asing. Antara lain Bank Exim USA dan BNP Paribas. "Komitmen dengan Lion Air, yang sudah ditandatangani kemarin, hingga USD21 miliar," ungkap Board of Director US Exim Bank Patricia M Loui saat konferensi pers di Hotel JW Marriot Jakarta.
Indonesia menjadi bintang di SAS 2013. Selain Lion Air, Garuda Indonesia membeli 18 pesawat buatan Bombardier, Kanada, jenis CJR 1000 senilai USS2 miliar, sekira Rp18 triliun. Pemerintah Indonesia tak ketinggalan dengan membeli 9 pesawat militer Airbus jenis C-295. Tahun 2010 SAS membukukan transaksi senilai USD100 miliar, sekira Rp900 triliun. Tahun ini ditaksir lebih dari Rp1.000 triliun.
www.jpnn.com