Pengelolaan Kelelahan (Fatigue) Pada Aircrew
BANYAK ahli memberikan
defenisi mengenai kelelahan. Hawkins menjabarkan empat pemahaman
mengenai sumber kelelahan sebagai berikut:
- Kelelahan akibat istirahat yang inadekuat.
- Kelelahan akibat gangguan ritme biologis (jet lag).
- Kelelahan akibat aktivitas tubu atau otot yang berlebih.
- Kelelahan akibat kerja kognitif yang berlebih.
Michael Mann menjabarkan kelelahan itu
sendiri sebagai “kondisi yang berasal dari mekanisme fisiologis antara
tidur, hilang tidur dan ritme sikardian yang tidak dapat dihilangkan
dengan motivasi atau kedisiplinan.”
Dr Steven Hursh menjabarkan dengan lebih
spesifik bahwa faktor utama terjadinya kelelahan, yaitu waktu harian
(antara pukul 00.00 dan 06.00 adalah waktu yang buruk); utang tidur
yang menumpuk (akumulasi lebih dari 8 jam adalah hal yang buruk); utang
tidur sesaat (kurang dari 8 jam tidur dalam
periode 24 jam sebelumnya adalah hal yang buruk); waktu terjaga yang kontinyu (lebih dari 17 jam sejak periode tidur “utama” terakhir adalah hal yang buruk); dan waktu kerja (bekerja secara kontinyu tanpa jeda rehat).
periode 24 jam sebelumnya adalah hal yang buruk); waktu terjaga yang kontinyu (lebih dari 17 jam sejak periode tidur “utama” terakhir adalah hal yang buruk); dan waktu kerja (bekerja secara kontinyu tanpa jeda rehat).
Kuantitas Tidur. Jumlah
waktu untuk tidur bagi kebanyakan orang adalah 8 jam penuh untuk setiap
harinya. Jika seseorang memiliki utang tidur sebanyak lebih dari 8 jam
secara akumulatif, ia akan berada dalam kondisi “utang tidur kumulatif”.
Peraturan mengenai istirahat aircrew saat ini menghitung kuantitas
tidur – aircrew diberikan waktu sebanyak 10 hingga 12 jam untuk
beristirahat demi memenuhi syarat minimum tidur tanpa gangguan selama 8
jam sebelum
melakukan jadwal tugas penerbangan berikutnya.
melakukan jadwal tugas penerbangan berikutnya.
Kualitas Tidur. Ketika
seseorang mungkin mendapat 8 jam waktu tidur, kualitasnya dapat saja
buruk. Kejadian terbangun saat tengah tidur, baik akibat bunyi, hasrat
untuk ke toilet, getaran, atau hal lainnya, akan mengganggu mekanisme
tidur dalam tubuh. Hal ini membutuhkan jam tidur sebanyak 2 malam
secara kontinyu untuk memperoleh pemulihan penuh dari hutang tidur
tersebut.
tersebut.
Ritme Sikardian. Dapat
diasumsikan bahwa Anda telah memahami konsep dari ritme sikardian dan
siklus 24 jam bangun/tidur dalam tubuh. Ketika siklus tersebut terganggu
akibat jet lag, perubahan jam kerja dan lain-lain, maka dampak buruk
akan terjadi. Hal ini juga menjadi faktor terbesar yang menyebabkan
hilangnya waktu tidur dan mengakibatkan terjadinya kelelahan.Beberapa
hal yang dapat dilakukan oleh aircrew untuk mengatasi kelelahan:
- Diet & Hidrasi. Terdapat beberapa rekomendasi yang mengatur pola diet dan hidrasi untuk mengurangi efek dari kelelahan. Untuk melawan kelelahan, “minum banyak cairan, khususnya air putih” dan “makan makanan tinggi protein”. Untuk menolong proses tidur Anda, “makanan mengandung karbohidrat di sore hari, khususnya bila dikombinasikan dengan makanan kaya triptofan” akan cukup berguna. Hindari alkohol, tembakau atau kafein saat hendak tidur.
- Kualitas Tidur. Ditemukan suatu fakta bahwa kebisingan menjadi penyebab utama terjadinya kurangnya kualitas tidur. Penyebab lainnya juga termasuk getaran (turbulensi dan pintu yang ditutup) dan gangguan privasi seperti pergi ke kamar mandi. Lingkungan yang kondusif untuk tidur adalah kunci dari kualitas dan kuantitas tidur yang baik.
- Ritme Sikardian. Gangguan ritme sikardian memiliki
dampak yang besar terhadap kelelahan. Tubuh seharusnya memiliki jadwal
yang teratur untuk mengetahui kapan waktu untuk terjaga dan kapan
waktu
untuk tidur. Beberapa prinsip dasar untuk mengatasi masalah ini adalah yang seperti yang dijabarkan di bawah ini.
- Jangan bekerja secara berlebih atau dalam keadaan mengantuk sebelum terbang.
- Tidur ringan dilakukan sebelum dan awal penerbangan malam.
- Gunakan cahaya terang saat bekerja di malam hari untuk menyesuaikan ritme sikardian.
- Tidur normal selama dua malam sebelum terbang.
- Tidur normal selama dua malam setelah melakukan penerbangan.
- Hindari rotasi shift terbang yang terlalu sering; shift terbang dapat dilakukan kembali setelah dua hingga tiga minggu.
- Lepas tugas malam dari jadwal terbang malam yang panjang.
- Usahakan untuk menetapkan jam biologis tubuh untuk tidur saat berada di zona waktu yang berbeda dengan cara mendapatkan kesempatan untuk tidur selama waktu tidur menurut zona waktu kota asal.
- Ambil waktu selama 20 menit setelah terjaga dari tidur.
- Ikuti jadwal waktu tidur dan makan secara konsisten dari hari ke hari.
- Pertahankan jadwal tidur, bangun tidur, dan makan yang sama selama masa lepas tugas.
- Jauhi kafein dan alcohol beserta hidangan makanan yang banyak sebelum tidur.
- Lakukan teknik relaksasi dan hygiene tidur.
- Lingkungan tempat untuk tidur harus bebas dari suara, cahaya, suhu ruangan yang ekstrim dan gangguan lainnya.
- Hindari kebiasaan melihat jam; gunakan alarm sebagai pengingat
bangun tidur. (*)
Oleh : Oleh Dr Wendri Wildiartoni Pattiawira Pelupessy, OHP, AME
(Praktisi Kesehatan Kerja dan Kesehatan Dirgantara)
(Praktisi Kesehatan Kerja dan Kesehatan Dirgantara)