Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, mengatakan Indonesia kekurangan pilot. "Masih butuh sekitar 500 pilot," katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 Januari 2013.
Menurut Bambang, sekolah pilot saat ini baru bisa mencetak 300-400 lulusan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pilot, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan mengembangkan sekolah pilot selain Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI).
Selama ini, menurut ia, program pendidikan pilot hanya dilakukan oleh STPI. Oleh karena itu, pemerintah akan membuka program pendidikan pilot di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP). Akademi tersebut berada di Surabaya, Medan, dan Makassar.
Selama ini, ATKP hanya mengajarkan teknik keselamatan penerbangan untuk para siswa yang akan menjadi air traffic controller (ATC), salah satunya. "ATKP Surabaya sudah mulai menerima siswa penerbang," kata Bambang.
Sedangkan ATKP yang berada di Medan dan Makassar akan segera membuka program studi pilot tersebut. Pengembangan sekolah pilot itu diharapkan mampu meningkatkan jumlah lulusan per tahun secara bertahap, mulai dari 500 orang. Kementerian Perhubungan juga bekerja sama dengan sekolah penerbangan swasta untuk mengurangi alokasi waktu mata pelajaran umum. "Jadi dalam sembilan bulan, siswa lulusan S-1 bisa belajar teknik penerbangan dan lulus," ujarnya.
Bambang mengatakan, Kementerian Perhubungan mendorong maskapai penerbangan nasional untuk bekerja sama dengan sekolah pilot swasta. Bambang menyebut Sriwijaya Air dan Batavia Air sebagai contoh.
Ia mengungkapkan, kedua maskapai tersebut sudah memiliki sekolah pilot tersendiri. Bambang menuturkan, dalam perencanaan pembelian pesawat atau fleet plan, maskapai pasti sudah mempertimbangkan jumlah pilot yang dibutuhkan.
Menurut Bambang, sekolah pilot saat ini baru bisa mencetak 300-400 lulusan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pilot, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan mengembangkan sekolah pilot selain Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI).
Selama ini, menurut ia, program pendidikan pilot hanya dilakukan oleh STPI. Oleh karena itu, pemerintah akan membuka program pendidikan pilot di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP). Akademi tersebut berada di Surabaya, Medan, dan Makassar.
Selama ini, ATKP hanya mengajarkan teknik keselamatan penerbangan untuk para siswa yang akan menjadi air traffic controller (ATC), salah satunya. "ATKP Surabaya sudah mulai menerima siswa penerbang," kata Bambang.
Sedangkan ATKP yang berada di Medan dan Makassar akan segera membuka program studi pilot tersebut. Pengembangan sekolah pilot itu diharapkan mampu meningkatkan jumlah lulusan per tahun secara bertahap, mulai dari 500 orang. Kementerian Perhubungan juga bekerja sama dengan sekolah penerbangan swasta untuk mengurangi alokasi waktu mata pelajaran umum. "Jadi dalam sembilan bulan, siswa lulusan S-1 bisa belajar teknik penerbangan dan lulus," ujarnya.
Bambang mengatakan, Kementerian Perhubungan mendorong maskapai penerbangan nasional untuk bekerja sama dengan sekolah pilot swasta. Bambang menyebut Sriwijaya Air dan Batavia Air sebagai contoh.
Ia mengungkapkan, kedua maskapai tersebut sudah memiliki sekolah pilot tersendiri. Bambang menuturkan, dalam perencanaan pembelian pesawat atau fleet plan, maskapai pasti sudah mempertimbangkan jumlah pilot yang dibutuhkan.