Karyawan Merpati Nusantara Airlines (Merpati) yang tergabung dalam Forum Pegawai Merpati (FPM) mengaku khawatir. Hal ini karena mereka takut nasib tempat mereka bekerja saat ini akan sama dengan Batavia Air. Untuk itu, mereka meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan membantu mencarikan solusi.
Demikian diungkapkan Ketua Umum Forum Pegawai Merpati Danu Risman dalam keterangan pers yang dikutip detikFinance, Minggu (3/2/2013).
"Mohon bantuan para petinggi, bantu beri solusi, mohon Merpati dibantu agar mandiri, ataukah akan dikebiri, atau disuntik mati? Akankah Merpati menyusul Batavia?" seru Danu.
Danu beralasan, Direktur Utama Merpati Rudi Setyopurnomo telah membohongi publik, termasuk para karyawannya. Di bulan pertama menjabat sebagai Dirut, lanjutnya, Rudi mengatakan Merpati sudah untung Rp 500 juta/hari dan akan menambah alat produksi mulai dari Airbus, B738, Embraer, Amphibi, dan lain-lain.
"Pada kenyataannya, alat produksi tidak bertambah dan akhirnya terbuka dengan sendirinya fakta tak terbantahkan kerugian 2012 mendekati Rp 1 triliun, itu rugi terbesar sepanjang sejarah Merpati. Hebatnya pak Menteri BUMN Dahlan Iskan pun tertipu dan malah ikut-ikutan berbohong juga," tegas Danu.
Lebih lanjut, Danu menambahkan kebohongan-kebohongan tersebut telah dilaporkan kepada Dahlan Iskan saat ini. Dia menyatakan Dahlan pun sudah diberitahu mengenai data dan fakta itu adalah bohong.
"Namun Dahlan memilih untuk membiarkan bahkan dalam beberapa media massa Dahlan ikut berbohong, menyatakan bahwa Merpati kini membaik, sudah bisa membayar bahan bakar dan asuransi tepat waktu, dan menunaikan kewajiban terhadap karyawan tepat waktu," katanya.
Pada kenyataannya, dikatakan Danu, hutang lancar kepada Pertamina makin bertambah (potensi default), Asuransi Jasindo sampai saat ini belum dilunasi, lessor pesawat ditunggak. Serta dalam beberapa bulan terakhir, gaji karyawan dibedakan tanggal pembayarannya dengan pejabat karena keterbatasan dana.
"Dan untuk bulan Januari 2013, melalui Surat Edaran No. SE/DF/05/I/2013, gaji karyawan dicicil 3 kali, yaitu tanggal 26, 31, dan 5 bulan berikutnya," jelasnya.
Di isi lain, lanjut Danu, terjadi pemborosan di semua lini dalam perusahaan, organisasi melebar dan gemuk, posisi jabatan kunci diisi oleh orang–orang dekat yang notabene bukan karyawan Merpati, penerimaan pegawai baru mencapai ratusan orang yang dikhususkan kepada alumni dari perguruan tinggi tertentu.
"Arah dan gerak perusahaan tidak fokus dan tidak menentu sehingga semakin memperparah kondisi real perusahaan," pungkasnya.
sumber :finance.detik.com